Dunia otomotif sudah terkontaminasi oleh racun “Toyobaru“, 86/BRZ. Well, siapa yang menolak terbuai racun lightweight sportcar penuh nostalgia ini?
Dalam arena modifikasi & motorsport, sudah cukup banyak memang eksponen dari “kertas kosong” potensial ini. Drift, touring, dan rally…Bagaimana dengan contoh terakhir, yaitu “puncak” dari kebuasan rally, Pikes Peak?
Salah satu kebiasaan manusia, adalah selalu memandang keatas. Mencari jawaban dari Tuhan, menyadari kelemahan, kekurangan & mungilnya kita dibanding luasnya langit. Mungkin itulah banyak yang berambisi mengelilingi angkasa, dengan menggunakan pesawat luar-angkasa…
Eh, ini bukan soal Felix & Red Bull Stratos, klik ini selengkapnya
Apa persamaan modifikasi mobil & puisi? Eh, bukankah keduanya memiliki media yang berbeda? Tidak juga. Mereka memiliki kesamaan, yaitu menjadi sebuah ekspresi, statemen dari sang pelaku / pembuatnya. Both of them are work of art, sebuah seni. Tidak semua dapat menjadi modifikator mobil yang baik, begitu pula penyair. Selera, riset & pengetahuan serta bakat sangat krusial untuk menghasilkan hasil akhir yang sempurna.
MP4-12C adalah sebuah kesempurnaan. Sempurna? Jika kita berdebat soal estetika & performanya, mungkin muncul ribuan argumen, seperti “458 Italia lebih kuat aura supercarnya!” atau “Gallardo lebih kejam Bung!“. Ya, tapi coba lihat pencapaian & komentar para tester yang mencoba mahakarya dari Frank Stephenson ini : Semua tertuju pada satu jawaban; MP4-12C adalah mobil yang sempurna, dengan menggabungkan unsur fungsionalitas & ekslusivitas.
Meskipun sebuah benda mekanis & teknikal, tidak ada yang pasti dalam mobil, menyangkut “Mana yang lebih bagus“. Apakah Ferrari lebih bagus dibanding Lamborghini? Apakah Wankel-Rotary lebih baik dibanding piston? Apakah mobil Eropa lebih baik dibanding mobil Jepang? Itu terlalu elusif, dan setiap orang memiliki standar masing-masing, karena persepsi sangat tergantung pada pola pikir tiap individu.
Pedal 2 the Metal Autoblog 